26 Mei 2011

Cintaku Datang dari Maya

Jatuh Cinta memang datang dari mana saja, kapan saja, dan pada siapa saja. Tetapi, walau begitu, berharap cintaku tidak terikat pada sembarang gadis. Gadis yang aku cintai berhak mendapat pengukuran berdasarkan aturan yang ada. Walau terlihat cintaku bersyarat, tetapi bagiku tidak. Cinta memang tidak bersyarat, tetapi memilih kekasih adalah dengan syarat-syaratnya.

Lama aku tidak memiliki kekasih. Tetapi, aku tidak perlu menyangkal bahwa diriku pun butuh pendamping hidup. Bisa dikatakan, aku perlu istri untuk membentuk istana rumah tangga yang penuh dengan mutiara-mutiara kebahagiaan. Tetapi, aku pun tidak lupa, bahwa itu perlu proses. Sering dikatakan orang bahwa kita harus dalam jalinan ikatan yang belum resmi dahulu. Lebih jelasnya adalah pacaran. Tetapi, aku tidak menyukai kata pacaran.

Memang ada pula alternatif lain untuk menghindar dari sebutan pacaran. Istilah menurut agamaku adalah ta’arufan. Tetapi, harus memenuhi singkatnya perkenalan. Sepertinya begitu. Karena bila kita menjalani ta’aruf, sudah ada bentuk permohonan ijin pada orang tua si calon. Bila gadis dari jauh yang baru aku kenal, lalu apakah aku akan langsung mendatangi kedua orang tuanya? Itu bukan mauku. Aku pun memikirkan kembali.

Sampai akhirnya, aku menemukan gadis yang aku cintai... Tetapi aku lebih suka menyebut sayang pada dirinya. Aku khawatir memberikan efek yang negatif. Mengingat, kata cinta sudah diartikan yang tak semestinya. Entahlah. Yang jelas, sayang dan cinta buatku adalah sama.

Tentang gadis itu, membuatku merenung pada zaman serba canggih ini. Zaman serba cepat dalam informasi. Yang membuat jarak begitu terasa dekat walau raga yang terpisah jauh. Jarak jauh sudah tidak menjadi alasan lagi untuk tidak berjumpa, tidak bertukar kabar, dan lain-lain. Sekarang, jarak jauh sudah menjadi sesuatu yang dekat secara visual, tulisan, dan suara hanya sekali klik.

Aku menemukan gadis itu dari jarak yang begitu jauh hanya sekali klik lewat jejaring sosial, Facebook. Gadis itu yang mengirimkan aroma bunga dari jauh sampai aku mencium bau wangi itu dan meresap sampai ke hati. Hatiku pun terpaut padanya. Aku menyayanginya.

Awal perkenalan dengan dia memang hanya mengharapkan persahabatan. Sama seperti kenalanku yang lain, yang sudah menjadi sahabat dari dunia maya. Waktu memang perubahan dan perubahan tidak harus sesui dengan awal kejadian. Tentang gadis itu, aku banyak menemukan perubahan yang tidak terduga sebelumnya. Bisa dikatakan bahwa sifat gadis itu sesuai dengan keinginanku. Gadis itu, aku jadikan pilihan tepat untuk pendamping hidupku.

Seperti kisah cinta bertepuk sebelah tangan, tentu, aku pun berpikir bahwa kejadian cinta seperti itu kemungkinan akan aku alami. Tetapi, aku tidaklah berharap untuk pacaran, tidak pula untuk ta’arufan. Tetapi, aku seorang manusia yang sudah punya rasa sayang padanya. Mau tak mau, aku pun ada rasa berharap menjadi kekasih gadis itu.

Tetapi, cintaku telah berbunyi. Itu artinya, cintaku bertepuk tangan. Sampai akhirnya, aku tetap tidak mau pacaran. Memang egois. Aku hanya ingin ta’arufan walau belum meminta ijin pada orang tua gadis itu. Akan tetapi, antara pacaran dan ta’arufan menurutku sama saja yaitu tidak mau kekasihnya direbut orang lain! Hehehe...

Sampai gadis itu bertanya, “Memang kenapa kalau pacaran?”
Aku jawab, “Kalau pacaran berarti ada kegiatan pacaran dong. Tahu kan seperti apa kegiatannya?”
Aku hanya tersenyum.



Cerita Cinta dari:
Lubab El-Zaman pemilik blog Mutiara Pembelajar.

0 komentar: